Senin, 10 Juni 2013

Kepentingan Rakyat atau Kepentingan Perusahaan?


Belum lama ini, PT. KAI (Kereta Api Indonesia) mengumumkan akan meniadakan Kereta Ekonomi dengan Alasan “meningkatkan pelayanan dan kenyamanan pengguna kereta” benarkah demikian? Atau hanya sebuah alibi untuk menutupi alasan sebenarnya?
                PT. KAI (Kereta Api Indonesia) mengatakan bahwa penghilangan kereta api ekonomi dilakukan karena menurutnya kereta ekonomi lebih banyak menimbulkan efek negatif dibandingkan efek positif nya. Dengan harga yang amat murah, tapi membahayakan kenyamanan penumpang, seperti penuh sesaknya didalam kereta, panas nya didalam kereta, banyaknya penumpang gelap, sehingga dianggap “pantas” untuk dihilangkan. Sementara kereta api ekonomi adalah kereta yang mendapatkan subsidi dari pemerintah. Lantas kemana subsidi itu pergi bila kereta ekonomi ditiadakan?
                Alasan “meningkatkan pelayanan dan kenyamanan pelanggan” sepertinya tidak tepat dipakai di masalah ini, karena disini, masyarakat mau tidak mau akan menggunakan kereta ekonomi AC dan KRL Commuter Line, dengan harga 2-3 kali lipat dari harga tiket kereta ekonomi, bahkan menurut pengakuan pengguna jasa kereta tersebut, sama sekali tidak memperlihatkan peningkatan pelayanan dan kenyamanan, dari AC yang sering sekali mati, kereta yang penuh sesak pelanggan, sampai jadwal keberangkatan yang sering terlambat dari jadwalnya, dimana peningkatan nya?
                Banyak yang menilai bahwa pengtiadaan kereta ekonomi ini adalah proyek untuk menguntungkan perusahaan, asumsi ini diperkuat dengan diusirnya para pedagang di stasiun stasiun secara paksa, dan memberikan tempat tersebut ke pada supermarket dan waralaba. Kepentingan rakyat atau kepentingan perusahaan?
                Lalu dipertanyakan kemana aliran subsidi untuk PT.KAI dari pemerintah mengalir apabila kereta bersubsidi itu di tiadakan? PT. KAI menjawab aliran subsidi akan dialihkan ke layanan pemindahan kendaraan roda empat, yang bahkan sampai saat ini peminatnya sangat sedikit. Lagi lagi dipertanyakan, kepentingan rakyat atau perusahaan? Entah bagaimana pemerintah bisa mengizinkan PT. KAI untuk menghilangkan kereta ekonomi ini, apakah sebuah konspirasi? Belum terjawab.
                Kereta ekonomi bisa dibilang transportasi vital bagi masyarakat menengah kebawah dengan kata lain mayoritas penduduk Indonesia. Bayangkan beberapa juta masyarakat menengah kebawah di Indonesia harus membayar 2 – 3 kali lipat hanya untuk transportasi mereka sehari hari.
                Bagaimana nasib masyarakat menengah kebawah? Sampai kapan penjajahan oleh bangsa sendiri ini terus berlanjut? Waktu yang akan menjawabnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar