Belum lama ini, PT. KAI (Kereta Api Indonesia)
mengumumkan akan meniadakan Kereta Ekonomi dengan Alasan “meningkatkan
pelayanan dan kenyamanan pengguna kereta” benarkah demikian? Atau hanya sebuah
alibi untuk menutupi alasan sebenarnya?
PT.
KAI (Kereta Api Indonesia) mengatakan bahwa penghilangan kereta api ekonomi
dilakukan karena menurutnya kereta ekonomi lebih banyak menimbulkan efek
negatif dibandingkan efek positif nya. Dengan harga yang amat murah, tapi
membahayakan kenyamanan penumpang, seperti penuh sesaknya didalam kereta, panas
nya didalam kereta, banyaknya penumpang gelap, sehingga dianggap “pantas” untuk
dihilangkan. Sementara kereta api ekonomi adalah kereta yang mendapatkan
subsidi dari pemerintah. Lantas kemana subsidi itu pergi bila kereta ekonomi
ditiadakan?
Alasan
“meningkatkan pelayanan dan kenyamanan pelanggan” sepertinya tidak tepat
dipakai di masalah ini, karena disini, masyarakat mau tidak mau akan
menggunakan kereta ekonomi AC dan KRL Commuter Line, dengan harga 2-3 kali
lipat dari harga tiket kereta ekonomi, bahkan menurut pengakuan pengguna jasa
kereta tersebut, sama sekali tidak memperlihatkan peningkatan pelayanan dan
kenyamanan, dari AC yang sering sekali mati, kereta yang penuh sesak pelanggan,
sampai jadwal keberangkatan yang sering terlambat dari jadwalnya, dimana
peningkatan nya?
Banyak
yang menilai bahwa pengtiadaan kereta ekonomi ini adalah proyek untuk
menguntungkan perusahaan, asumsi ini diperkuat dengan diusirnya para pedagang
di stasiun stasiun secara paksa, dan memberikan tempat tersebut ke pada
supermarket dan waralaba. Kepentingan rakyat atau kepentingan perusahaan?
Lalu
dipertanyakan kemana aliran subsidi untuk PT.KAI dari pemerintah mengalir
apabila kereta bersubsidi itu di tiadakan? PT. KAI menjawab aliran subsidi akan
dialihkan ke layanan pemindahan kendaraan roda empat, yang bahkan sampai saat
ini peminatnya sangat sedikit. Lagi lagi dipertanyakan, kepentingan rakyat atau
perusahaan? Entah bagaimana pemerintah bisa mengizinkan PT. KAI untuk
menghilangkan kereta ekonomi ini, apakah sebuah konspirasi? Belum terjawab.
Kereta
ekonomi bisa dibilang transportasi vital bagi masyarakat menengah kebawah
dengan kata lain mayoritas penduduk Indonesia. Bayangkan beberapa juta
masyarakat menengah kebawah di Indonesia harus membayar 2 – 3 kali lipat hanya
untuk transportasi mereka sehari hari.
Bagaimana
nasib masyarakat menengah kebawah? Sampai kapan penjajahan oleh bangsa sendiri
ini terus berlanjut? Waktu yang akan menjawabnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar